CERITANEGERI, Makassar – Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% di tahun 2025. Proyeksi ini terungkap dalam laporan terbaru OECD Economic Outlook, Interim Report March 2025 ‘Steering to Uncertainty’ yang dirilis 17 Maret 2025.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini di pengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi di beberapa negara berkembang lainnya, terutama yang masuk ke dalam kelompok G20. Meski demikian, OECD melihat perlambatan ekonomi Indonesia saat ini tidak akan menurun sesignifikan China.
“Perlambatan tersebut diproyeksikan tidak terlalu terasa di India dan Indonesia, dengan kedua ekonomi tersebut mengalami beberapa dukungan untuk pertumbuhan ekspor karena mereka menarik bisnis baru yang dialihkan dari negara-negara pengekspor yang menghadapi kenaikan tarif yang lebih tajam,” tulis OECD dalam laporannya, dikutip dari CNBC Indonesia
Melihat hal tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap optimis akan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif pada kuartal satu 2025 di tengah kondisi ekonomi global yang naik turun.
“Tiga komponen penting konsumsi, investasi, dan ekspor ketiganya bagus. Growth di Q1 akan tetap terjaga dan kita jaga terus sampai akhir tahun,” jelas Sri Mulyani.
Menkeu ungkap ada tiga indikator yang akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertama adalah neraca dagang Indonesia pada Februari yang surplus US$3,12 miliar. Kemudian kedua adalah aktivitas PMI manufaktur saat ini berada di zona ekspansif yang mana sebelumnya kontraksi.
“Kedua, PMI di angka 53,6. Saya sampaikan kemarin PMI 53,6 adalah recover dari posisi yang tadinya di bawah 50. Tadinya kontraksi jadi ekspansif. Ini diukur indeks PMI menunjukkan aktifitas yang bagus,” tambah Sri Mulyani.
Serta yang terakhir yaitu investasi yang dikiranya akan masuk dari kondisi konsumsi baik dan manufaktur yang ekspansif.
