CERITANEGERI, Makassar -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia memiliki potensi atau peluang pengembangan energi baru yang bisa digunakan sebagai salah satu sumber bahan bakar, yakni hidrogen.
Ia menyatakan bahwa setidaknya ada tiga sumber daya yang bisa dimanfaatkan dalam negeri untuk memproduksi hidrogen, antara lain batu bara, air, dan gas.
“Hidrogen, ini bahan-bahan punya ada tiga yang kita punya. Batu bara, gas, air,” jelas Bahlil Lahadalia, dikutip dari CNBC Indonesia
Sebagai negara keenam dengan cadangan sumber daya batu bara terbesar di Dunia, menurutnya pengembangan hidrogen di Indonesia tidak perlu diragukan.
“Indonesia itu adalah cadangan terbesar nomor enam batu bara di dunia. Jadi bagi teman-teman investor, apa yang teman-teman harus lakukan? Tidak perlu ragu, kita mempunyai nomor enam di dunia,” tegasnya.
Tidak hanya batu bara, sumber energi lain seperti gas, bahlil menyebut bahwa sumber gas di Indonesia juga melimpah. Bahkan, lanjutnya, produksinya akan meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun mendatang.
Begitu juga dengan air. Bahlil menyebutkan Indonesia juga sangat kaya akan sumber daya tersebut lantaran Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan.
“Tidak ada, menurut saya tidak banyak negara di dunia yang Allah berikan karunia seperti Indonesia. Kita mempunyai gas, kita mempunyai batu bara, kita mempunyai air,” tambah Bahlil.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo juga menyebutkan, PLN telah memproduksi 200 ton hidrogen per tahun. Dari jumlah produksi tersebut, baru 75 ton yang digunakan perseroan untuk pendingin pembangkit listrik, sementara 128 ton merupakan excess energi yang belum terpakai. Sehingga, sebanyak 128 ton itu menurutnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan.
“Nah kebetulan di PLN pembangkit kami itu butuh pendingin. Pendinginnya apa? Hidrogen. Maka kami nyetrum air untuk dapat hidrogen untuk mendinginkan pembangkit kami. Eh salah hitung, produksinya 200 sekian ton yang dipakai 75 ton, 128 ton-nya menjadi excess supply. Nah begitu ada excess supply, inilah yang kita gunakan,” jelas Darmawan Prasodjo.