Jepang Butuh 150 Ribu Pekerja Asing, IKAPEKSI Dorong SDM Indonesia Siap Bersaing

Kebutuhan tenaga kerja di Jepang masih sangat tinggi, terutama untuk sektor manufaktur seperti pengecoran logam serta sektor konstruksi yang memerlukan 150 ribu lebih tenaga kerja. Ilustrasi. (Foto: Schoters)

 

CERITANEGERI, Makassar – Jepang tengah mengalami kekurangan tenaga kerja dan membuka peluang bagi sekitar 150 ribu pekerja asing dari berbagai negara. Indonesia menjadi salah satu negara yang diincar, khususnya di sektor-sektor seperti manufaktur, konstruksi, dan otomotif.

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Kenshuusei Indonesia (IKAPEKSI), Pranyoto Widodo, menyampaikan bahwa kebutuhan tenaga kerja di Jepang masih sangat tinggi, terutama untuk sektor manufaktur seperti pengecoran logam serta sektor konstruksi yang memerlukan banyak tenaga kerja.

“Kami hadir untuk mendukung para tenaga kerja di Indonesia yang masih kesulitan mendapatkan pekerjaan. Saat ini Jepang membuka peluang bagi 150 ribu pekerja untuk berkarier di sana,” ujar Pranyoto dalam sebuah acara di Gedung Kementerian Ketenagakerjaan, Selasa (22/4).

IKAPEKSI kini bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan untuk meningkatkan keterampilan sumber daya manusia Indonesia agar lebih siap bersaing di pasar kerja internasional, khususnya di Jepang.

“Kami sudah menjalankan berbagai program pelatihan dan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja di Jepang. Dengan dukungan dari berbagai pihak, peluang tenaga kerja Indonesia semakin besar,” jelasnya.

Pranyoto juga menekankan pentingnya pelatihan bahasa Jepang, terutama bagi calon tenaga kerja yang baru lulus. Sertifikasi seperti JLPT N4 menjadi syarat penting karena menunjukkan kemampuan dasar dalam bahasa Jepang, termasuk penguasaan kosakata, tata bahasa, dan percakapan dasar.

“Pengusaha Jepang sangat menyukai tenaga kerja asal Indonesia. Peluangnya masih sangat besar. Dengan memiliki sertifikat JLPT N4, peluang untuk diterima bekerja di Jepang jadi lebih terbuka,” katanya.

Ia menambahkan, program magang ke Jepang bukan hanya bermanfaat bagi peserta, tapi juga berdampak luas bagi keluarga mereka di tanah air. Satu orang yang bekerja di Jepang, menurutnya, bisa mengurangi tiga angka pengangguran di Indonesia.

“Bukan hanya dirinya yang keluar dari pengangguran, tetapi juga orang tuanya yang bisa dibuatkan usaha, seperti membuka toko kelontong atau membeli lahan pertanian dari hasil kerja anaknya di Jepang,” tuturnya.

Tenaga kerja yang telah mengikuti program magang dan kembali ke Indonesia juga berkesempatan untuk kembali bekerja di Jepang dalam waktu tiga tahun, bahkan dengan penghasilan yang lebih tinggi.

“Banyak yang kembali dan membuka usaha, terutama di kawasan industri seperti Bekasi dan Cikarang. Jika kembali bekerja ke Jepang, mereka bisa mendapat penghasilan mulai dari Rp12 juta, tergantung sektor dan wilayah kerja,” pungkasnya.

Baca selengkapnya disini

(CNN Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *