LG Energy Solution Resmi Mundur dari Proyek Baterai Kendaraan Listrik Rp142 Triliun di Indonesia

Gedung LG Energy Solution. Ilustrasi. (Foto: LG Energy Solution)

CERITANEGERI, Makassar – Perusahaan asal Korea Selatan, LG Energy Solution (LGES), secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari proyek besar pengembangan baterai kendaraan listrik di Indonesia senilai Rp142 triliun atau sekitar 8,45 miliar dolar AS.

Pengumuman ini disampaikan LGES pada Senin (21/4/2025), menandai berakhirnya keterlibatan mereka dalam proyek yang dikenal sebagai Indonesia Grand Package. Kesepakatan proyek tersebut sebelumnya telah ditandatangani bersama pemerintah Indonesia pada akhir 2020.

Indonesia Grand Package mencakup investasi menyeluruh di rantai pasok baterai kendaraan listrik, sebuah sektor yang tengah berkembang pesat di Indonesia sebagai negara utama di kawasan Asia Tenggara.

“Setelah mempertimbangkan sejumlah faktor seperti kondisi pasar dan iklim investasi, kami memutuskan untuk secara resmi menarik diri dari proyek GP Indonesia,” ujar LGES dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh Kompas.com dari Reuters.

Kendati menarik diri dari proyek besar ini, LGES menegaskan tetap membuka peluang kerja sama dengan pemerintah Indonesia, terutama melalui usaha patungan pengembangan baterai, yakni HLI Green Power.

HLI Green Power merupakan hasil kerja sama LGES dengan Hyundai Motor Group. Tahun lalu, perusahaan tersebut meresmikan pabrik sel baterai pertama di Indonesia yang memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 10 gigawatt jam. Pabrik ini direncanakan akan diperluas dalam fase investasi selanjutnya.

Pemerintah Indonesia tetap menyatakan optimisme terhadap masa depan industri baterai kendaraan listrik meski LGES memutuskan mundur. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tri Winarno, mengatakan bahwa Indonesia akan terus mencari investor asing untuk menggandeng perusahaan lokal dalam mengembangkan industri ini.

“Walaupun LG keluar dari proyek ini, kami yakin bahwa nikel Indonesia tetap lebih kompetitif dibandingkan negara lain,” ujarnya.

Sementara itu, perusahaan tambang milik negara Aneka Tambang (Antam), yang sebelumnya berencana mendirikan usaha patungan dengan LGES untuk menambang nikel, menegaskan komitmennya untuk terus bermitra dengan pihak lain dalam penyediaan bahan baku baterai.

Hingga berita ini diturunkan, Indonesia Battery Corporation (IBC), perusahaan negara yang sempat direncanakan menjadi mitra LGES, belum memberikan tanggapan terkait perkembangan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *