Prof. Thamrin Abduh, Sosok Akademisi Penggerak UMKM dan Pembangunan Ekonomi

CERITANEGERI, Makassar — Dunia akademik dan pemberdayaan ekonomi di Sulawesi Selatan tidak bisa dilepaskan dari kiprah Prof. Dr. Thamrin Abduh, S.E., M.Si. Sosok yang Akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas Bosowa Makassar pada Rabu (8/10/2025) ini dikenal luas sebagai akademisi, peneliti, sekaligus penggerak masyarakat yang konsisten mendedikasikan dirinya untuk pendidikan dan penguatan kinerja ekspor UMKM serta industri kreatif.

Lahir di Bonepute, Kabupaten Luwu, 19 September 1964, Prof. Thamrin tumbuh dalam keluarga sederhana yang menjunjung tinggi nilai pendidikan dan etos kerja. Pendidikan dasar hingga menengah ia jalani di Siwa, Kabupaten Wajo, sebelum melanjutkan ke SMA di Makassar. Tekadnya yang besar membawanya meraih gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan dari Universitas 45 Makassar, Magister Agribisnis dari Universitas Hasanuddin, hingga Doktor Pendidikan Ekonomi dari Universitas Negeri Makassar.

Sejak awal berkarier, Thamrin dikenal sebagai dosen yang inspiratif dan inovatif. Di Universitas 45 (kini Universitas Bosowa), ia meniti perjalanan akademiknya hingga menduduki sejumlah posisi strategis, mulai dari Dekan, Wakil Dekan, hingga Wakil Rektor. Ia menjadi motor penggerak lahirnya program-program akademik yang mendorong semangat kewirausahaan mahasiswa.

“Mahasiswa harus dididik bukan hanya untuk mencari pekerjaan, tetapi juga untuk menciptakan lapangan kerja,” ujarnya dalam beberapa kesempatan.

Kiprahnya juga sangat terasa di bidang riset. Lebih dari 50 karya ilmiah ia hasilkan, termasuk sembilan publikasi internasional di jurnal bereputasi. Ia menulis 17 buku dan memiliki 11 hak cipta, banyak di antaranya terkait pemberdayaan ekonomi masyarakat. Beberapa inovasi yang lahir dari risetnya antara lain teknologi pengering rumput laut dan program budidaya jamur tiram, yang kini menjadi referensi bagi pelaku usaha kecil di berbagai daerah.

Tidak hanya fokus di kampus, Prof. Thamrin aktif turun langsung ke lapangan. Ia kerap menjadi pembicara, mentor, dan pendamping UMKM di Sulawesi Selatan. Visi yang ia bawa sederhana, tetapi berdampak besar: membantu pelaku usaha kecil agar bisa menembus pasar global.

Upaya ini membuatnya dekat dengan masyarakat. Ia dipercaya memimpin sejumlah program penguatan ekonomi, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda yang ingin berkontribusi dalam pembangunan daerah.

Atas dedikasinya, Thamrin diganjar berbagai penghargaan bergengsi. Ia menerima Satyalancana Karya Satya 10, 20, dan 30 tahun dari tiga presiden berbeda: Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, dan Prabowo Subianto. Pada 2002, ia juga dinobatkan sebagai Dosen Teladan Kopertis Wilayah IX.

“Penghargaan bukan tujuan utama, tapi tanda bahwa kerja keras kita dihargai,” ucapnya dengan rendah hati.

Di luar kampus, Prof. Thamrin aktif dalam berbagai organisasi. Ia tercatat sebagai anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI), hingga Dewan Masjid Indonesia (DMI). Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jannatul Firdaus Telkomas.

Meski sibuk dengan aktivitas akademik dan organisasi, ia tetap dikenal sebagai sosok yang ramah, rendah hati, dan terbuka untuk berbagi ilmu. Bersama sang istri, Hasni Khalik, ia dikaruniai lima anak yang juga berprestasi di bidangnya masing-masing.

Pencapaian akademik tertinggi Prof. Thamrin diraih pada 1 Juli 2025, saat ia resmi menyandang gelar Profesor dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan. Momentum ini kemudian dipertegas dengan pengukuhan sebagai Guru Besar Universitas Bosowa pada 8 Oktober 2025 Mendatang.

Pengukuhan tersebut bukan hanya menjadi capaian pribadi, melainkan juga tonggak penting bagi dunia pendidikan di Sulawesi Selatan. Ia menegaskan komitmennya untuk terus berkontribusi lewat riset, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat.

Baca juga: KNPI Makassar Peringati Maulid Nabi, Pemuda Didorong Teladani Akhlak Rasulullah

Bagi Prof. Thamrin, hidup bukanlah soal mengejar status atau kedudukan. Ia meyakini nilai hidup terletak pada manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain.

“Hidup bukan soal menjadi yang terbaik, tapi tentang bagaimana kita bisa berbuat baik di setiap kesempatan,” demikian moto yang selalu ia pegang.

Perjalanan panjang Prof. Thamrin Abduh adalah cermin dedikasi seorang akademisi yang tidak hanya membangun teori di ruang kuliah, tetapi juga membawa ilmunya langsung ke tengah masyarakat. Sosoknya menjadi teladan bagi generasi muda yang ingin berkiprah di dunia pendidikan, penelitian, maupun pemberdayaan ekonomi.

Dengan kiprah lebih dari tiga dekade, ia membuktikan bahwa ilmu pengetahuan bukan sekadar untuk diri sendiri, melainkan untuk membuka jalan bagi kemajuan bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *