CERITANEGERI, JAKARTA — Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan arah pembangunan di ibu kota pada masa kepemimpinannya tidak lagi terpusat di kawasan pusat bisnis seperti Jalan Jenderal Sudirman atau Thamrin, Jakarta Pusat. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini berfokus pada pemerataan pembangunan di seluruh wilayah, termasuk pemanfaatan ruang-ruang yang selama ini terbengkalai seperti kolong jalan tol.
“Sekarang ini konsentrasi membangun tidak hanya di Jakarta Pusat atau di Sudirman. Sekarang daerah-daerah, kalau dilihat termasuk ketika tadi datang ke tempat ini, kolong-kolong jalan tol,” ujar Pramono saat ditemui di kantor Wali Kota Jakarta Timur, Selasa (21/10/2025).
Menurut Pramono, selama bertahun-tahun pembangunan Jakarta cenderung terfokus di wilayah pusat, sehingga kawasan penyangga di timur, barat, dan utara belum mendapat perhatian seimbang. Ia ingin mengubah paradigma tersebut dengan memastikan setiap wilayah memiliki akses setara terhadap fasilitas publik dan ruang hijau.
Salah satu inovasi yang tengah digencarkan Pemprov DKI adalah penataan area di bawah jalan tol. Kawasan yang selama ini identik dengan kesan kumuh dan tidak terawat, diubah menjadi ruang publik yang fungsional dan estetis.
“Di bawahnya (kolong tol), saya sudah minta untuk dilakukan perbaikan, termasuk dibuatkan grafiti, mural, dan taman-taman kecil sebagai tempat masyarakat berinteraksi,” kata Pramono.
Ia menilai, ruang-ruang publik seperti ini bisa menjadi alternatif tempat berkumpul warga di tengah keterbatasan lahan terbuka di Jakarta. Selain mempercantik wajah kota, langkah tersebut juga diharapkan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan.
Beberapa proyek percontohan telah dimulai, salah satunya di kolong Tol Slipi, Jakarta Pusat, yang kini berubah menjadi kawasan aktivitas komunitas. Area itu kini dimanfaatkan sebagai ruang bermain skateboard, skuter, hingga sepeda.
Pramono mengaku sempat meninjau langsung lokasi tersebut dan meminta seluruh wali kota di lima wilayah DKI menerapkan konsep serupa.
“Saya juga secara khusus datang ke kolong Slipi ini, mengajak para wali kota untuk memanfaatkan, menggunakan ruang-ruang yang seperti ini, yang ada di Jakarta. Saya mengizinkan untuk digunakan aktivitas yang seperti ini,” ungkapnya.
Untuk merealisasikan penataan ruang publik di berbagai titik, Pramono memberikan lampu hijau bagi penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari sektor swasta. Ia menyebut, kerja sama dengan dunia usaha menjadi strategi penting agar pembangunan tidak hanya mengandalkan APBD.
“Dan saya mengizinkan, untuk yang seperti ini, kerja sama menggunakan dana-dana CSR yang ada di kota masing-masing,” jelasnya.
Skema kolaboratif ini diharapkan mempercepat pemerataan pembangunan di kawasan pinggiran dan meningkatkan rasa memiliki warga terhadap fasilitas umum.
Selain memanfaatkan kolong tol, Pemprov DKI juga tengah memperbanyak pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan taman-taman kecil di berbagai wilayah.
“Mungkin dalam waktu dekat ini saya akan banyak sekali meresmikan taman-taman sebagai RPTRA baru yang memang tidak luas, tetapi sangat berguna bagi masyarakat. Seperti Taman Bugar di Jakarta Barat yang beberapa waktu lalu kami resmikan,” ucap Pramono.
RPTRA diharapkan menjadi tempat aman bagi anak-anak untuk bermain, belajar, dan berinteraksi sosial. Konsep taman kota kecil ini juga menjadi bagian dari upaya Pemprov DKI memperluas ruang terbuka hijau (RTH), yang saat ini masih di bawah 30 persen dari total luas Jakarta.
Selain taman, beberapa lahan terbengkalai di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur juga sedang diidentifikasi untuk dikonversi menjadi ruang hijau produktif, seperti kebun kota dan taman komunitas.
Langkah ini sejalan dengan visi besar Pramono Anung dalam mentransformasi Jakarta pasca-pemindahan ibu kota negara ke IKN Nusantara. Ia menegaskan bahwa Jakarta akan tetap menjadi kota global dengan fokus pada keberlanjutan, keadilan sosial, dan keseimbangan lingkungan.
“Jakarta bukan lagi hanya soal gedung tinggi dan pusat bisnis. Jakarta harus menjadi kota yang manusiawi, yang memberi ruang hidup untuk semua warganya — dari pusat sampai pinggiran,” tegasnya.
Pramono juga menyoroti pentingnya estetika kota sebagai bagian dari identitas budaya urban. Menurutnya, program mural, taman, dan ruang komunitas di bawah jalan tol dapat menjadi simbol kebangkitan kreativitas warga Jakarta.
“Kita ingin setiap sudut Jakarta punya nilai. Tidak ada lagi ruang yang dibiarkan terbengkalai. Semuanya bisa jadi tempat yang bermanfaat dan indah,” ujarnya.
Dengan strategi pemerataan pembangunan, Pemprov DKI berharap wajah Jakarta ke depan tidak lagi hanya berpusat di kawasan elite, melainkan menyebar hingga ke wilayah padat penduduk dan kawasan pinggiran.
“Pemerataan adalah kunci. Jakarta harus dibangun untuk semua,” tutup Pramono.












