CERITANEGERI, Makassar – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan seluruh pihak, mulai dari masyarakat hingga pemerintah daerah dan lembaga terkait, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang diprediksi meningkat sepanjang musim kemarau 2025.
Pencegahan sejak dini dianggap sebagai langkah paling efektif untuk menghindari dampak lingkungan, ekonomi, dan kesehatan.
Dilansir dari detikinet, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa Indonesia mulai memasuki musim kemarau sejak akhir April hingga Juni, dengan puncaknya pada Juni hingga Agustus.
Sebagian besar wilayah akan mengalami kemarau normal, namun ada juga wilayah dengan potensi kemarau lebih kering maupun lebih basah.
Risiko karhutla diperkirakan meningkat secara bertahap, terutama di Riau, Sumatera Utara, Jambi, dan wilayah timur Indonesia.
BMKG mencatat, pada Juli hingga September, risiko kebakaran meluas ke Kalimantan, NTT, NTB, Papua Selatan, hingga Sulawesi Tenggara. Wilayah seperti Riau memiliki potensi lebih tinggi karena mengalami dua kali musim kemarau dalam setahun.
Faktor alam seperti angin dan gesekan ranting juga bisa memicu kebakaran meski tanpa pembakaran manusia.
Sebagai langkah mitigasi, BMKG bersama BNPB dan pemerintah daerah menggencarkan upaya pembasahan lahan, mempertahankan tinggi muka air, dan pengisian embung dengan memanfaatkan sisa curah hujan.
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), patroli udara, dan pengawasan lapangan turut disiapkan, terutama di Riau yang telah berstatus siaga darurat.
Menko Polhukam Budi Gunawan menambahkan, hingga akhir April 2025, sudah ditemukan 144 titik api dan 81 hektare lahan terbakar di Riau.
Presiden Prabowo Subianto pun meminta semua pihak menahan agar karhutla tidak meluas.
Pemerintah kini mulai menerapkan OMC, water bombing, dan patroli rutin guna mengendalikan risiko sejak awal.
Baca selengkapnya disini
(detik.com)












