CERITANEGERI, Makassar — Sebuah pesawat komersial rute Makassar–Denpasar menerima ancaman bom melalui panggilan telepon tak dikenal kepada PT Angkasa Pura Indonesia. Dalam ancaman itu disebutkan bom di dalam kabin akan diledakkan saat pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali.
PT Angkasa Pura Indonesia selaku pengelola Bandara Internasional Sultan Hasanuddin kemudian berkoordinasi dengan Komandan Lanud Sultan Hasanuddin dan petugas Air Traffic Control (ATC). ATC MATSC langsung menyampaikan informasi ancaman kepada pilot in command pesawat PR-12xx.
Setelah dilakukan koordinasi, pesawat diarahkan melakukan pendaratan darurat (divert) ke Apron Base Ops Lanud Sultan Hasanuddin. Komandan Lanud, Marsma TNI Arifaini Nur Dwiyanto, memerintahkan penanganan cepat dengan menurunkan Tim Penindak dan Tim Jihandak Yon Zipur 8.
Area isolasi ditetapkan di Turning Area 31, sebelum dilakukan proses evakuasi penumpang dan penanganan objek mencurigakan. Bom kemudian berhasil dievakuasi dan dibawa ke lokasi aman untuk disposal oleh Tim Jihandak.
Dalam skenario lainnya, radar pertahanan udara mendeteksi pesawat asing “Lasa X” memasuki wilayah Indonesia tanpa Flight Clearance dan Security Clearance.
Pangkoopsudnas memerintahkan unsur tempur Sukhoi 27/30 Skadron Udara 11 untuk melakukan scramble. Setelah identifikasi visual menunjukkan data pesawat tidak valid, Pangkosek II menginstruksikan pelaksanaan force down di Lanud Sultan Hasanuddin.
Usai pesawat mendarat, personel Kopasgat, Satpom, dan unsur pertahanan pangkalan bergerak melakukan pengamanan, pemeriksaan awak, screening barang, serta penanganan awal di crisis center. Perkara pelanggaran wilayah udara selanjutnya ditangani penyidik TNI AU.
Seluruh rangkaian tersebut merupakan bagian dari Latihan Kesiapsiagaan Operasional (LKO) dan apel gelar kesiapan Komando Operasi Udara Nasional yang digelar Kamis (20/11/2025).
Marsma TNI Arifaini menyebut sekitar 452 personel terlibat dalam latihan, termasuk 142 personel di manuver lapangan.
“Latihan ini menguji kesiapan, koordinasi, dan kecepatan respon seluruh unsur dalam penindakan pasca force down serta menghadapi ancaman penerbangan,” ujarnya.
Latihan ini juga menguji implementasi doktrin dan prosedur tetap (Protap) TNI AU sesuai ketentuan nasional.
Seluruh Danlanud tipe A di Indonesia hadir untuk menyaksikan pelaksanaan latihan yang disupervisi oleh Kodiklat TNI.
“Lanud Sultan Hasanuddin ditunjuk sebagai rujukan pelaksanaan protap penindakan darurat di bandara maupun ruang udara,” pungkas Arifaini.












